Menjadi Guru Milenial Potensial



“selamat pagi rekan-rekan, hari ini kita akan belajar tentang ruang lingkup frasa”, itu kalimat pertama ku setelah kusampaikan salam dalam kelas Mata Kuliah Sintaksis yang saya ampu...

krik krik krik...kelas hening dan justru banyak mahasiswa yang masih sibuk dengan gawainya sendiri-sendiri atau malah asyik berbincang dengan teman sebelahnya.

“ah ga mood banget ngajar jadinya, apa mending kelasnya kasih tugas aja ya trus tinggal keluar”, gumamku dalam hati. kemudian ini ...


Akhirnya dengan terpaksa saya tampilkan slide powerpoint, dan respon merekapun tak jauh beda. lantas saya pun melakukan ini ... .

Sayapun berpikir “apa yang membuat mereka tidak tertarik dengan kelas saya ya”. Saya dekati beberapa mahasiswa dan saya baru mengetahui “kemasan pembelajaran saya dianggap kuno” oleh mereka... what !!! betapa kagetnya saya. Dari bahasa penyampaikan, media dan metode yang saya gunakan tidaklah menarik bagi mereka.


Ya, itu adalah awal cerita saya belajar menjadi pengajar. Tak lama setelah pertemua awal itu saya diskusikan yang terjadi dikelas saya dengan kawan-kawan saya di komunitas guru belajar Pekalongan. Dari cerita praktik belajar merekalah saya menemukan ide “oh ternyata memang pelajar sekarang harus lebih mempunyai kegiatan yang aktif melibatkan mereka dikelas, jika tidak maka mereka cenderung akan sibuk mencari aktifitas sendiri dengan gawainya”.

Pengalaman pak Nunu Riza guru SMA Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan dengan media scan barcode yang mampu menyihir kelasnya menjadi kelas yang aktif, Pak Abdurahman dengan boardgame yang kekinian, pak Faza tak kalah keren menggunakan youtube sebagai media belajar belum cerita-cerita praktik baik mengajar guru yang sudah mengajar peserta didik yang sudah terbiasa dengan teknologi. Maka saya simpulkan saya harus belajar menjadi guru yang kekiniian karena saya tidak hidup dizaman mereka maka saya harus belajar dengan mereka (siswa-siswa generasi milineal).

Akhirnya, saya mencoba melakukan hal baru yang terinspirasi dari diskusi dengan rekan-rekan guru di KGB Pekalongan. Saya mencoba mengolaborasikan pembelajaran dengan teknologi sosisal media dan pasion peserta didik saya. Dalam tugas Mata Kuliah Sintaksis saya meminta mereka untuk membuat resume materi dengan hal yang mereka suka kemudia mereka unggah di akun sosial mereka. Dan waw.. hasilnya diluar dugaan saya, ada yang membuat menjadi gambar, lagu, dialog, komik dan sebagainya. Artinya mulai ada ketertarikan dan kesenangan dalam mengerjakan tugas tersebut. Kedepannya saya akan mencoba melakukan hal-hal baru yang saya terinspirasi dari praktik baik mengajar rekan-rekan KGB.

Satu hal yang saya pahami bahwa untuk menjadi guru kekinian dengan siswa zaman milinial ini maka guru perlulah terus belajar karena apa yang kita dapat dulu ketika kita menempuh pendidikan guru belumlah tentu relevan dengan keadaan siswa kita yang sudah terbiasa dekat dengan teknologi aktivitasnya. Dengan demikian, belajar belajar dan belajar adalah kebutuhan wajib bagi guru agar dapat menyampaikan materi dengan efektif dan menarik.

Abdurrakhman H.
EdupreneurIndonesia

Comments